Bagi para jemaah umrah dan haji, belum lengkap rasanya bila tidak mengunjungi Jabal Uhud atau Jabal Rahmah. Tidak heran, keduanya merupakn tempat yang memiliki nilai sejarah sekaligus juga nilai religius. Akan tetapi ada satu lagi gunung (jabal) yang menarik perhatian para jemaah maupun wisatawan, kendati jabal tersebut tidak memiliki nilai religius atau sejarah, yaitu Jabal Magnet, atau penduduk asli Madinah lebih mengenalnya dengan Manthiqa Baidha atau perkampungan putih.
Dari nama sebutannya saja, yakni jabal magnet, tentu kita bisa menebak apa yang menjadikan gunung yang satu ini jadi istimewa. Ya, bukit batu yang terletak 40 kilometer ke arah kota Tabuk ini seolah mempunyai gaya magnetis. Bila kendaraan sampai di jalan raya antara perbukitan tersebut, mobil akan meluncur dengan kecepatan tinggi menjauhi jabal magnet menuju Madinah meskipun dengan posisi perseneling netral. Kalau dihitung-hitung kecepatannya bisa mencapai 120 kilometer per jam!
Sebaliknya, bila mobil dipacu melalui jabal magnet ke arah kota Tabuk, mobil akan terasa sangat berat dan hanya bisa melaju dengan kecepata 15-20 kilometer per jam saja. Padahal jalannya tidak menanjak sama sekali. Pengaruh medan magnet ini bisa dirasakan di sepanjang jalan raya di kawasan perbukitan ini, yang jaraknya sekitar 4 kilometer.
Sebagian orang berusaha menjelaskan fenomena ini sebagai ilusi optik belaka, yang disebabkan posisi pohon dan lereng di daerah sekitar, atau cakrawala yang melengkung, sehingga jalan yang secara kasat mata terlihat datar atau menurun, padahal faktanya adalah menanjak. Fenomena ini dikatakan serupa dengan ilusi kamar ames, dimana bola bisa terlihat menggelinding ke arah berlawanan dengan gravitasi.
Akan tetapi teori ini tidak menjelaskan kenapa jarum penunjuk kompas yang dikeluarkan di lokasi jabal magnet tidak bekerja sebagaimana harusnya. Kacaunya arah utara selatan kompas menunjukkan fenomena ini bukan semata tipuan penglihatan. Bahkan, data di telepon seluler sekalipun bisa terhapus di lokasi tersebut.
Penjelasan lain mengatakan bahwa kawasan jabal magnet berada di atas endapan lava "alkali basaltik" (theolitic basalt) seluas 180.000 km persegi yang berusia muda (muncul 10 juta tahun silam dengan puncak intensitas 2 juta tahun silam). Lava yang bersifat basa itu muncul ke permukaan bumi dari kedalaman 40-an kilo meter melalui zona rekahan sepanjang 600 kilo meter yang dikenal sebagai "Makkah-Madinah-Nufud volcanic line".
Selain itu, pada tahun 1999 otoritas Saudi Geological Survey (SGS) sempat dikejutkan dengan adanya aktivitas gempa kecil terus-menerus di Harrah Rahat yang merupakan pertanda naiknya sejumlah besar magma. Bahkan, di sekitar Madinah diketahui ada kegempaan aktif di Harrah Rahat, yang sangat dimungkinkan terjadinya migrasi magma dan sebagian di antaranya diduga menyusup ke bawah Jabal Magnet, sehingga muncul “medan magnet” di kawasan itu.
Karena banyaknya pengunjung ke wilayah jabal magnet ini, kerajaan Arab Saudi akhirnya menjadikan wilayah ini sebagai tempat wisata. Agar pengunjung bisa merasakan dorongan magnet ketika melaju dengan kendaraannya, kerajaan Arab Saudi membangun jalan raya yang sangat lebar, di kedua sisi jalan pun dibangun tenda-tenda untuk pengunjung dan ditanami pepohonan agar pemandangan lebih hijau.
Jabal magnet semakin hari semakin populer. Konon, medan magnet yang terdapat di wilayah jabal magnet ini yang terkuat di dunia. Fenomena jabal magnet ini memang bukan satu-satunya. Di seluruh dunia tercatat ada ratusan tempat yang mempunyai fenomena yang serupa. Di Indonesia sendiri beberapa tempat yang memiliki fenomena yang mirip misalnya di seruas jalan sepanjang 100 meter yang disebut “Mysterious Road” di sekitar Gunung Kelud, Kediri.
Tapi sangat disayangkan fenomena yang sebenarnya bisa dijelaskan secara ilmiah tersebut malah dihubung-hubungkan dengan peristiwa magis ataupun mistis. Orang-orang yang memiliki kadar keimanan yang rendah bisa jadi akan melakukan praktek-praktek kemusyrikan di tempat-tempat yang dianggap mistis seperti ini.
Padahal, fenomena alam adalah fakta yang bisa dicerna dengan panca indra, bukan perkara gaib, sehingga setiap fenomena alam pasti mempunyai penjelasan yang ilmiah, karena manusia mampu menjangkau dan memikirkan dengan akalnya. Lebih jauh lagi, Allah Swt bahkan bukan hanya mendorong manusia untuk mengungkap rahasia alam semesta, tapi menaklukkan alam semesta itu sendiri. Tentu saja ini dilakukan bukan untuk menyombongkan diri, melainkan dalam rangka ibadah kepada Allah Swt.
“Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” [TQS Ar-Rahman : 33-34]
Source
Tidak ada komentar:
Posting Komentar